Musailamah adalah nabi palsu yang muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassallam. Musailamah dilahirkan di wilayah Yamamah. Tempat tersebut dekat dengan Uyainah di lembah Hanifah wilayah Nejd (sekarang bernama Riyadh).
Sebelum mengaku sebagai nabi, Musailamah sering menyusuri jalan-jalan dan masuk ke pasar-pasar yang ramai oleh masyarakat Arab maupun non-Arab. Musailamah adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat. Pandai bicara. Memiliki pengaruh di tengah Bani Hanifah dan kabilah-kabilah tetangga. Tutur katanya lembut namun menipu. Pandai menarik simpati bagi laki-laki maupun wanita. Ia menyebut dirinya Rahman al-Yamamah.
Musailamah al-Kazzab (Musailamah sang pendusta)
Namun akhirnya Allah SWT berkehendak lain. Ia malah dikenal dengan nama Musailamah al-Kazzab (Musailamah sang pendusta) hingga hari ini.
Pada tahun ke-9 Hijriyah, tokoh-tokoh Bani Hanifah yang berjumlah belasan orang laki-laki datang menemui Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam di Madinah. Di antara mereka terdapat Musailamah. Mereka datang untuk mengumumkan keislaman kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam. dan menyepakati bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin mereka.
Bani Hanifah termasuk kabilah Arab yang terbesar jumlahnya. Mereka memiliki kedudukan dan terpandang. Karena merasa layak mendapatkan kepemimpinan, mereka mengajukan permintaan kepemimpinan. Mereka ingin agar Musailamah kelak menggantikan posisi Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam setelah beliau wafat. Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam menolak permintaan mereka.
Musailamah al-Kazzab dari Bani Hanifah Salah satu kabilah Arab yang besar jumlahnya
Saat di Madinah, utusan Bani Hanifah berkata kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya kami meninggalkan salah seorang sahabat kami di perbekalan kami untuk menjaganya”. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menanggapi, “Kedudukan dia (Musailamah) tidak lebih buruk daripada kedudukan kalian”. Artinya walaupun ia sebagai petugas yang menjaga perbekalan kalian, bukan berarti kedudukannya lebih rendah dari kalian. Mereka pun pulang ke Yamamah dengan membawa hadiah dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Perkataan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam terhadap Musailamah tersebut dijadikan sabda rekomendasi oleh Musailamah dan tokoh yang lain. Mereka klaim bahwasanya Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam meridhoi Musailamah sebagai penggantinya. Tak lama Musailamah pun mengumumkan kenabiannya di tengah-tengah Bani Hanifah. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Musailamah al-Kazzab, yakni Musailamah sang pendusta.
Musailamah Memutilasi Sahabat Nabi
Dalam rangka mengajak kembali Musailamah ke dalam pangkuan Islam, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengutus Hubaib bin Zaid untuk mengantarkan surat kepada Musailamah al-Kadzab. Namun, dengan lancangnya Musailamah malah memutilasi sahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam tersebut. Peristiwa ini terjadi di akhir tahun ke-10 Hijriyah.
Untuk menguatkan posisinya, Musailamah menikahi seorang wanita dari Bani Tamim, sebuah kabilah besar di masyarakat Arab. Wanita itu adalah Sajah binti al-Harits bin Suwaid at-Tamimiyah. Wanita ini memiliki kesamaan dengan Musailamah, sama-sama mengaku nabi. Ia mengajak kaumnya Bani Tamim dan paman-pamannya dari kabilah Taghlib dan kabilah-kabilah Rabi’ah lainnya. Saat itu bersatulah kelompok besar ini dalam fanatisme kesukuan mengklaim sebuah kedustaan. Kemudian mereka menantang kekhalifahan Abu Bakar di Madinah.
Kebijakan Prioritas Abu Bakar Mengirim Pasukan Menghadapi orang-orang Murtad
Ketika Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam wafat, Abu Bakar menggantikan beliau memimpin umat Islam. Di antara kebijakan prioritas Abu Bakar adalah mengirim pasukan menghadapi orang-orang murtad, seperti pengikut Musailamah al-Kazzab. Abu Bakar mengirim Ikrimah bin Abi Jahl, didampingi Syurahbil bin Hasanah dan diperkuat oleh Kholid bin Walid dalam menghadapi Musailamah si nabi palsu.
Dalam perang Yamamah ini pasukan Musailamah al-Kazzab dan para pembelanya terpojok dan lari ke kebun yang memiliki pagar tinggi. Enam ribu pasukan Musailamah berlindung di dalamnya. Kaum muslimin berusaha mengejar mereka, namun tidak mampu memasukinya. Hingga al-Barro bin Malik mengeluarkan ide “nekat” untuk dilemparkan ke dalam kebun. Keberanian serta keahlian dalam bela diri dan menggunakan senjata mengantarkan al-Barro ke pintu gerbang setelah ia berhasil membunuh 15 musuh. Gerbang kebun pun terbuka. Kaum muslimin berlari membanjiri kebun.
Setelah semuanya masuk, al-Barra menutup kembali pintu tersebut dan melemparkan kuncinya ke seberang pagar. Sehingga tidak ada satu pun yang bisa keluar.
Pasukan Musailamah al-Kazzab kian terpojok. Sampai akhirnya tewaslah si nabi palsu, Musailamah al-Kadzab di tangan Wahsyi bin Harb dan Abu Dujanah Simak bin Khirasyah . Tewasnya Musailamah meruntuhkan moral pengikutnya. Akhirnya mereka pun menyerah setelah 21.000 dari mereka tewas dalam pertempuran tersebut. Adapun dari pihak kaum muslimin ada yang mengatakan sekitar 600 atau bahkan 1200 yang mati syahid. Semoga Alloh ridhoi mereka.