Baghdad merupakan salah satu simbol kejayaan peradaban Islam. Kota ini dibangun oleh Abu Ja’far al-Manshur, kholifah Abbasiyah kedua, sekitar tahun 136 Hijriyah. Sejak itulah kota ini memainkan peranan penting dalam peradaban Islam dan Arab.
Sepanjang sejarah Kekholifahan Abbasiyah dan Baghdad sebagai pusat peradaban, tercatat 37 kholifah yang pernah berkuasa secara turun temurun.
Dinasti Abbasiyah
Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena didirikan oleh Abu Al-Abbas keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.
Kota Baghdad mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Kekholifahan Harun Ar-Rasyid (170–193 H) dan anaknya Khalifah Al-Ma’mun (198–218 H).
Baghdad semakin masyhur, ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat, semarak dengan aktivitas keilmuan, bisnis dan pusat kekuasaan. Baghdad merupakan kota yang tidak ada tandingannya saat itu.
Baghdad merupakan kota intelektual. Sebab, dari kota inilah lahir banyak intelektual Muslim agung yang mengembangkan ilmu pengetahuan, kedokteran, kimia, fisika, biologi, matematika, astronomi, astrologi, farmakologi, geografi, filsafat, sastra, seni, tafsir, hadits, fiqih, theologi, dan bahasa.
Inilah masa kekayaan ilmu yang pernah diraih umat Islam saat itu, sangat menakjubkan dan luar biasa.
Baitul Hikmah
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun, kota ini memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah. Saat itu, Baitul Hikmah adalah bangunan yang terdiri dari berbagai ruangan.
Setiap ruangan terdiri dari tempat buku (khazanah) yang diberi nama sesuai nama pendirinya seperti Khazanah Ar-Rasyid dan Khazanah Al-Makmun. Bangunan tersebut menyatu dengan istana khalifah. Saat itu juga lahirlah Kuttab (sekolah dasar menengah).
Kemajuan kota Baghdad ditopang dengan sektor pendidikan yang maju dari masjid. Sekitar 30.000 masjid di Bagdad berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran pada tingkat dasar. Perkembangaan pendidikan pada masa Bani Abbasiyah dibagi 2 tahap.
Tahap pertama awal abad ke-7 M sampai dengan ke-10 M perkembangan secara alamiah disebut juga sebagai sistem pendidikan khas Arabia. Tahap kedua abad ke-11 kegiatan pendidikan dan pengajaran diatur oleh pemerintah, dan pada masa ini sudah dipengaruhi unsur non-Arab.
Kaum Tatar dari bangsa Mongol
Kejayaan Baghdad ini kemudian membuat musuh-musuh Alloh seperti Tatar iri dan ingin menghancurkannya.
Kekholifahan Abbasiyah telah menjadikan Baghdad sebagai ibu kota kekholifahan yang sebelumnya pada masa Kekholifahan Umayyah berada di Damaskus.
Setelah hampir 6 abad berkuasa, Dinasti Abbasiyah secara perlahan mulai melemah dan pertentangan yang terjadi kalangan umat Islam mulai menguat. Cerita kebesaran dan keagungannya berakhir dengan tragis setelah Baghdad luluh-lantak dihancurkan Kaum Tatar dari bangsa Mongol pimpinan Hulaghu Khan pada tahun 1258 Masehi.
Hulagu Khan adalah anak dari Tolui dan Sorghaghtani Beki seorang wanita Nasroni. Ia salah satu cucu Genghis Khan, masih bersaudara dengan Arik Boke, Mongke dan Kublai Khan.
Pencurian kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan
Tentara Mongol membantai seluruh penduduk dan menyapu Baghdad bersih dari permukaan bumi. Dihancurkanlah segala macam peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-rastus tahun lamanya. Diangkut juga kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam Sungai Tigris sehingga sungai tersebut berubah menjadi hitam lantaran tinta yang larut.
Bahkan ada yang mengatakan pasukan Tatar menyeberangi sungai di atas jilid-jilid buku yang besar dari tepi sungai ke tepi yang lain.
Jumlah rakyat Kota Baghdad yang di Eksekusi
Orang-orang Tartar sendiri dikenal suka menghancurkan, tidak suka membaca dan tidak ingin belajar, hidup hanya untuk memuaskan nafsu syahwat dan kemikmatan semata. Inilah puncak kejahatan yang melanggar hak kemanusiaan. Para sejarawan Islam mengatakan bahwa jumlah rakyat Kota Baghdad yang dibunuh adalah sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang.
Sesudah Bangsa Tatar memasuki Baghdad dan kholifah terakhir dari kerajaan Bani Abbas yaitu Al-Mu’tashim pun dibunuh oleh Hulaghu Khan. Kemudian kota Baghdad diruntuhkannya lalu lenyap dan hancurlah Baitul Hikmah itu.
Tentang tregadi Baghdad dan Kaum Tatar, Al-Muwaffaq berkata mengenai orang-orang Tartar ini. “Jika kita berbicara mengenai orang-orang Tartar, maka kita seakan-akan membicarakan satu masalah yang menelan masalah yang lain, membicarakan satu kabar menyita habis kabar yang lain, membicarakan sejarah yang seakan menghapus sejarah yang lain, membicarakan satu bencana yang membuat bencana lain terasa kecil, satu kejahatan memenuhi seluruh penjuru dunia.
Mudahan-mudahan peristiwa ini mampu menjadi pelajaran berharga bagi semua kaum muslimin.